Apresiasi Pendamping Desa Inovatif

Saya percaya, diluaran sana masih banyak sekali Pendamping Desa inovatif.

 

Tapi, karena minimnya ruang untuk berbagi pengalaman, ditambah lagi sifat yang tidak percaya diri untuk mempublikasikan sesuatu.

 

Akhirnya, inovasi-nya itupun, hanya menjadi konsumsi bagi sebagian Desa.

 

Untuk menjadi Pendamping Desa terbaik itu tidak sulit.

 

Apalagi, penilaian pendamping tersebut hanya didasarkan atas nilai terbanyak dari polling media sosial.

 

Saya kira, itu akan jauh lebih mudah.

 

Tinggal share, gerakan orang, bila perlu iklankan dengan bumbu-bumbu ilmu content marketing ke seluruh media sosial yang kamu punya.

 

Maka, hasil polling itu pun akan mengalir dengan derasnya.

 

Akan tetapi, untuk menjadi Pendamping Desa inovatif itu yang sulit.

 

Karena perlu gagasan, perlu strategi untuk dapat mengeksekusi, perlu biaya dan tenaga, perlu memetakan masalah dan mencari solusi, serta perlu mental yang kuat, apabila inovasi yang digagas itu tidak masuk akal dan belum dapat diterima oleh Desa.

 

Namun ada kabar yang menggembirakan, bagi pendamping Desa yang inovatif.

 

Kurang lebih setengah bulan yang lalu, melalui aplikasi Daily Report Pendamping Desa, muncul sebuah notifikasi info yang menyebutkan agar setiap pendamping yang mempunyai inovasi harap membagikan pengalamannya.

 

Tentu, ini bukalah sebuah info kaleng-kaleng menurut saya.

 

Karena info ini, langsung dikirim dari Kepala Pusat Pengembangan Pemberdayaan Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Dr. H. Yusran, M.Pd yang merupakan orang dekat dari Gus Menteri Desa, Abdul Halim Iskandar.

 

Benar perkiraan saya.

 

Beberapa minggu berselang, tepatnya diacara kuliah umum bertemakan “kebijakan pembangunan Desa” yang digelar secara daring melalui di kanal Youtube Akademi Desa 4.0 pada Kamis (24/6/21).

 

Gus Menteri Desa menyampaikan, Kementerian Desa PDTT akan memberikan apresiasi bagi Pendamping Desa yang inovatif yang berhasil melakukan inovasi yang berhubungan dengan pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa.

 

Apresiasi tersebut, katanya, bisa berupa penghargaan dan/atau afirmasi beasiswa bagi Pendamping Desa untuk dapat melanjutkan pendidikannya hingga ke jenjang S1 ataupun S2 dengan metode pembelajaran Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPJ).

 

Atau, tidak menutup kemungkinan, hasil dari inovasi Pendamping Desa itu, bisa dipublikasikan secara resmi di web Kementerian Desa PDTT.

 

Agar apa?

 

Agar Desa dan juga para Tenaga Pendamping Profesional (TPP) yang lain pun bisa ikut mengadopsi hasil inovasi-inovasi tersebut untuk diaplikasikan ke desanya masing-masing.

 

Terkait inovasi Pendamping Desa yang mana yang akan dipilih untuk diberikan apresiasi atau penghargaan dari Kemendesa PDTT.

 

Saya sih tidak terlalu memikirkan hal itu.

 

Intinya, saya berharap sebagai salah seorang yang ikut berbagi pengalaman. Inovasi yang sudah saya tuliskan bisa dimuat dan dipublikasikan dalam web itu.

 

Itu saja sih harapan saya.