Jurnalis Desa
Untuk menjadi seorang pewarta ataupun jurnalis-jurnalis Desa yang mumpuni, baik itu di media lokal ataupun nasional. Anda musti paham yang namanya unsur 5W+1H dalam kadar kepenulisan.
Hal dimaksudkan, agar berita ataupun informasi yang Anda suguhkan kepada si pembaca, lebih mendalam dan lengkap.
Tapi apakah Anda tahu? Sedari awal saya membangun situs ini, saya tidak pernah memikirkan gaya kepenulisan seperti itu.
Saya hanya fokus kepada konten. Yang mana konten tersebut, saya ringkas menggunakan bahasa yang paling sederhana sehingga orang awam pun bisa dengan mudah memahami apa yang ingin saya sampaikan.
Terbukti. Dengan gaya kepenulisan yang terkesan blepotan tanpa memikirkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan juga bahasa Indonesia yang baik dan benar. Situs ini mampu menarik minat pembaca hingga ratusan ribu tiap bulannya.
Angka yang begitu “wow”, menurut pendapat saya. Ditengah, menurunnya minat baca penduduk Indonesia akan literasi.
Untuk menjadi seorang pewarta ataupun jurnalis Desa itu tidaklah sulit, juga tidak mudah. Asal Anda paham ilmunya.
Nah pada kesempatan kali ini, saya akan coba mengulik. Bagaimana sih, gaya kepenulisan seorang jurnalistik-jurnalistik nasional yang mumpuni itu. Yang tentu, juga memenuhi kadar kepenulisan : (What, Who, Why, When, dan Where) + (How) disingkat 5W+1H, sehingga tiap apa yang ditulisnya menjadi trending topik dan bisa Anda jadikan rujukan untuk belajar menulis.
Saya ambilkan salah satu contoh, tulisannya mbak Luthfia Ayu Azanella dari Kompas. Topiknya mengenai UMKM 2021. Judul tulisannya mengenai “Syarat dan Cara Daftar BPUM Rp 1,2 Juta, Terakhir 31 Agustus 2021, Cek Penerima di eform.bri.co.id” dengan jumlah penelusuran 50 ribu dan menjadi trending topik di Google Trend Indonesia di hari ini (6/4).
Bila dilihat, dalam tulisan (itu). Gaya kepenulisannya sangat sederhana sekali, namun lengkap.
Mulai dari apa jenis bantuannya (what), siapa yang berhak menerima (who), mengapa bantuan itu diberikan oleh pemerintah (why), kapan akan diberikan (when), hingga dimana (where) dan bagaimana (how) cara mendaftar untuk mendapatkan bantuan tersebut.
Semuanya lengkap.
Tak lupa. Dia pun membubuhkan sebuah link rujukan. Apabila, didalam Dia menulis sebuah berita, mengutip dari media lain.
Ini yang sering dilupakan. Khusunya bagi penulis-penulis pemula dan/atau blogger-bloger Desa yang baru terjun di dunia online.
Padahal, bila Mereka membaca Term Of Servise (TOS) dari sebuah situs tertentu. Tindakan Copy-Paste tanpa membubuhkan link balik/rujukan, jelas itu melanggar hukum.
Salah-salah, bila media itu tidak terima artikelnya di Copy-Paste. Mereka bisa berurusan dengan hukum karena tindakan copyright yang Mereka lakukan.
Jadi, intinya, menjadi seorang jurnalis Desa itu mudah. Namun, etika didalam kepenulisan itulah yang patut Kita junjung tinggi.
Sebagai penutup. Bagi teman-teman yang mempunyai hobi dalam hal tulis menulis. Utamanya, tentang Desa. Mari, dengan tangan terbuka, untuk menyalurkan bakal-bakal terpendam itu ke situs ini.
Mudah-mudah, apa yang hendak ingin Anda sampaikan, baik itu mengenai pemerintahan, pembangunan, dan/atau pengalaman terkait pemberdayaan di Desa bisa contoh. Sehingga, Desa-desa yang lain pun bisa maju layaknya Desa Anda.