Mendigitalisasi Desa
Begitu banyak Pemerintah Desa yang ingin mendigitalisasi desa, namun terkedala jaringan internet.
Kita tahu, wilayah Indonesia itu luas dan mempunyai kondisi geografis yang berbeda-beda. Sehingga, untuk menghubungkan satu pulau ke pulau lain, perlu biaya yang sangat besar. Pun tidak berbeda jauh dengan jaringan internet.
Kita patut bersyukur, bila kita tinggal di wilayah Barat. Tapi coba bayangkan bagaimana dengan mereka yang tinggal di wilayah Timur. Utamanya: Papua.
Hanya untuk mengirimkan sebuah data desa/kampung/district saja. Mereka rela berjalan berjam-jam, bahkan berhari-hari untuk mencari hostpot dimana titik sinyal berada.
Tak pelak, perasaan miris bercampur sedih, kala saya melihat postingan efbe saudara kita, yang mendaki gunung hingga memanjat sebuah pohon besar hanya untuk mencari jaringan internet.
Palapa ring, yang digagas Pemerintah dan yang selama ini kita harapkan untuk menyatukan wilayah NKRI melalui maya, ternyata belum bisa kita andalkan.
Tidak usah bicara jaringan 5G ataupun jaringan yang lain yang super cepat layaknya negara luar, bila sinyal 3G saja belum merata ke saudara-saudara kita disana.
Pemerintah Pusat perlu bergegas menyetarakan jaringan internet. Jika memungkinkan anggaranya mencukupi, Pemerintah Desa pun diperbolehkan menggunakan dana desa untuk menginternetkan desanya.
Hal ini secara jelas diatur dalam Permendesa PDTT Nomor 13 Tahun 2020 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2021, yang juga sempat saya sampaikan beberapa hari lalu melalui Wasap ke salah dua Perangkat Pemerintah Kampung asal Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dalam diskusinya, mereka tertarik sekali dengan apa yang saya tuliskan beberapa waktu lalu terkait Program Sistem Informasi Desa (SID) untuk diterapkan di desanya.
Tak ketinggalan, mereka pun bertanya kira-kira software (perangkat lunak) dan hardware (perangkat keras) apa yang dibutuhkan, dan berapa prakiraan total biaya yang harus dikeluarkan untuk dapat dianggarkan kedalam APBDes/APBKam –nya.
“Halo, selamat siang, mhn maaf, saya melihat dari website, saya tertarik dg program SID untuk desa/daerah kami. Kira2 SID ini terdiri dari perangkat apa saja sehingga bisa kita lakukan untuk desa kami? Dan berapa biaya total secara keseluruhan baik perangkat hardware dan softwarenya. Agar kami dapat usulkan dlm penganggaran desa kami. Apakah ini sama dengan web desa atau lainnya,” tulis salah satu Perangkat Kampung asal Papua Barat yang lupa saya tanya namanya siapa.
Saya terkejoet dan tidak menyangka. Ekspektasi melalui pantauan lokasi google analitik yang kerap kali tulisan saya sulit sekali menjangkau wilayah Timur Indonesia. Akhirnya sampai juga kesana.
Luar biasa, pikir saya, akhirnya saya bisa berbagi pengalaman tentang desa dengan saudara-saudara kita di Papua.
Saya tidak perlu pengakuan, penghargaan, ataupun piagam layaknya juara umum seperti saat sekolah dulu.
Saya hanya ingin, apa yang bagikan pun bisa dinikmati semua kalangan. Utamanya saudara-saudara kita yang ada di Kalimantan, Sulawesi dan Papua yang minim jaringan internet.
Ternyata, lanjut saya, mendigitalisasi desa bukan hanya mempermudah pelayanan dan membuat desa semakin maju dan dikenal. Tapi juga, mampu memperat tali persaudaraan antar warga negara.
Diakhir kata, mereka pun berharap, meskipun dengan keterbatasan internet saat ini. Mereka juga ingin maju layaknya desa-desa lain di Indonesia.